10/09/23

Maafkan Aku, Eci

 

MAAFKAN AKU, ECI

Oleh: Kasiatin Dewi Sukesi

 


Mungkin sudah takdirnya kita tidak bisa bertemu lagi. Allah lebih mencintaimu sampai-sampai ia mengambilmu. Rasa sakit yang pernah aku rasakan ketika kau meninggalkanku untuk selamanya. Di dalam cerpen ini aku akan menceritakan tentang kisah hidupku bersamanya.

Aku dan Eci berangkat sekolah bersama.

“Pagi ini sangat cerah seperti cerahnya hatiku melihat senyumanmu.” Kataku kepada Eci.

Eci itu sahabatku yang cantik dan berhati lembut. Sesampai di sekolah aku dan Eci berjalan menuju kelas.

Eh, dari tadi kamu kok diam saja. Kenapa? Kamu sakit?” Tanyaku kepada Eci.

“Nggak kok, aku nggak sakit.” Jawab Eci.

Semenjak kebersamanku dengan Eci hari itu, aku tidak berjumpa Eci lagi. Dua minggu sudah Eci tidak masuk sekolah dan tidak memberi kabar apapun kepadaku. Aku jadi bingung dengan ketidakmunculan Eci.

Hari itu sepulang sekolah, aku langsung ke rumah Eci. Sesampainya di rumah Eci, aku mengetuk-ngetuk pintu namun tidak ada jawaban sama sekali.

Seorang tentangga Eci datang, “Mencari siapa? Kamu mencari Eci dan keluarganya?” Tanya perempuan tersebut.

“Iya. Apakah Ibu tahu Eci di mana?” Tanyaku.

“Iya saya tahu. Sudah beberapa minggu ini rumah Eci tidak ditempati lagi karena Eci mengalamai sakit jantung yang sangat parah dan akhirnya Eci di bawa ke rumah sakit. Entah itu rumah sakit mana, saya tidak tahu.” Ujar Ibu itu.

“Terima kasih Bu atas informasinya. Saya pergi dulu.” Aku pun bergegas mencari Eci di berbagai Rumah Sakit. Namun, aku tidak menemukan Eci sama sekali.

Aku buka hp. Aku dapati pesan WhatsApp dari Eci. Aku membuka dan membacanya “Hai sahabatku, aku Eci. Maaf ya, aku tidak memberi kabar selama ini. Aku sakit sekarang. Aku berada di Rumah Sakit Medistra. Bisakah kau ke sini untuk menemaniku sebentar saja? Aku merasa hidupku sudah tak lama lagi.”

Aku langsung terpukul membaca pesan dari Eci. Aku sangat sedih. Aku langsung bergegas pergi ke rumah sakit yang ditunjukkan Eci lewat pesannya.

Sesampainya di rumah sakit Medistra, aku langsung bertanya kepada suster.

“Sus, apa ada pasien  bernama Clarissa Eci Yenata?”.

“Sebentar ya, saya cek dulu.” Jawab Suster.

“Bagaimana Sus?” Tanyaku dengan tidak sabar.

“Oh, iya. Ada pasien sedang berada di kamar jenazah.” Ujar Suster.

“Apa Sus? Benarkah?”

Suster itu hanya menganggukkan kepala sambil menunjukkan arah menuju ke kamar jenazah. Aku langsung lari ke kamar jenazah. Ternyata di sana sudah berkumpul keluarga Eci. Semuanya diliputi duka. Ibu Eci tak henti-hentinya menangis. Sepertinya kepergian Eci belum begitu lama. Tak sanggup rasanya aku menyaksikan pemandangan mengharukan itu. aku keluar dan berniat menjauh.

Aku sangat menyesal. Aku tidak bisa memenuhi permintaan terakhir sahabatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Doa-Doa yang Utama Dibaca Sesudah Shalat

  DOA-DOA YANG UTAMA DIBACA SESUDAH SHALAT   الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ   حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه...