IBU BANGGA KEPADAMU, NDUK…
Oleh: Marsya Khalimatul Ummah
Namanya Rosa. Ia adalah seorang siswi sekolah lanjutan atas yang terlahir dari keluarga petani. Kehidupan sehari-hari Rosa terkadang tercukupi terkadang tidak. Tetapi Rosa selalu merasa bahagia dan selalu bersyukur karena masih memiliki kedua orang tua yang selalu mendukungnya.
Hari itu Rosa berangkat sekolah bersama teman-teman satu daerahnya dengan diantar kendaraan angkutan umum seperti biasanya. Namun kali ini perasaan Rosa tidak enak. Ia berusaha mengabaikan perasaan gelisahnya tersebut. Sesampainya di sekolah ia langsung masuk ke ruang kelasnya.
Di sekolahnya, Rosa termasuk siswi yang pintar. Karena kepintarannya, ia dikenal oleh banyak guru dan dipercaya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan perlombaan semacam olimpiade.
Ketika sedang serius mengikuti pelajaran, ada guru piket yang menjemputnya di kelas. Perasaan tidak enaknya semakin memuncak, ada apa Bu Mudah, guru piket hari itu menjemputnya di kelas. Sesampainya di depan kantor, ternyata saudaranya sudah menunggunya. Hari itu Rosa diizinkan pulang awal. Rosa mendapat kabar bahwa ayahnya mengalami kecelakaan. Kegelisahan Rosa kini telah terjawab sudah, biarpun jawaban itu belum sepenuhnya didapat.
Di sepanjang perjalanan pulang, Rosa berusaha keras menahan tangisnya. Beribu Tanya tersimpan di benaknya; Bagaimana keadaan ayahnya sekarang? Apa yang telah terjadi sebenarnya? Di mana ayahnya sekarang? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja memburunya.
Sesampainya di rumah, ternyata sudah banyak orang di rumahnya. Para tetangga kanan kirinya dan beberapa saudara dekatnya, semuanya berkumpul di sana. Rosa langsung masuk ke dalam rumah. Dilihatnya ibunya menangis sesenggukan. Tubuhnya terguncang-guncang oleh isak tangis. Rosa menghampiri ibunya, tangisnya ikut pecah. Orang-orang yang menyaksikan ikut tersedu dan mengalirkan air mata duka.
“Apa yang telah terjadi pada ayah, Bu?” Ibunya semakin erat memeluk Rosa.
Seorang saudara dekat membisiki Rosa dengan suara pelan, tangis Rosa semakin menjadi.
Beberapa minggu setelah peristiwa kecelakaan yang menewaskan ayahnya itu, Rosa menjadi pendiam. Rosa tidak lagi bersemangat untuk pergi ke sekolah. Rosa sudah tidak masuk sekolah selama dua hari. Ia merasa kasihan kepada ibunya karena ibunya harus menggantikan tugas ayahnya mencari nafkah untuk keluarga, membesarkan kedua puterinya.
Rosa ingin berhenti sekolah saja dan membantu ibunya mencari nafkah. Tetapi ibunya sama sekali tidak mengizinkannya. Biar bagaimanapun, Rosa harus tetap melanjutkan sekolahnya. Akhirnya Rosa mau masuk sekolah lagi.
“Kamu harus tetap semangat. Buatlah ayahmu bangga. Ibu akan berusaha sekuat tenaga untuk kelanjutan sekolahmu,”
“Iya Bu. Rosa akan juga akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa membuat ibu dan ayah tersenyum.” Tekad Rosa.
Mata kedua perempuan itu berkaca-kaca.
Sejak saat itu Rosa pun menjadi lebih semangat untuk bisa meraih impiannya. Salah satu impiannya adalah kuliah di UGM. Namun Rosa sangat khawatir dengan biaya kuliyahnya. Bagaimana nanti ibunya harus mencarikan biaya kuliyahnya.
Rosa bukanlah gadis yang gampang putus asa. Dia terus mencari cara untuk bisa masuk ke kampus impiannya. “Aku harus bisa membuat ayah ibuku bangga.” Begitu tekadnya selalu untuk menjaga semangatnya. Tak lupa juga Rosa selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui puasa sunah Senin Kamis dan tahajud di malam hari.
Pada suatu kesempatan, Rosa dipilih sekolahnya untuk mengikuti Olimpiade Sains tingkat nasional. Biarpun terasa berat namun Rosa tetap bersemangat. Selain rutin mengikuti bimbingan dari gurunya, Rosa juga rajin mencari materi bimbingan lewat internet.
“Ini adalah kesempatan yang diberikan allah kepadaku. Aku tidak boleh menyia-nyiakannya.”
Rosa terus berikhtiar tak kenal lelah. Tak ada waktu sedikitpun untuk bersantai. Ibunya sangat mendukung upaya Rosa. Dan akhirnya Allah menjawab do’a-do’anya. Rosa berhasil meraih prestasi terbaik dan berhak mendapatkan beasiswa masuk ke perguruan tinggi idamannya.
“Ibu bangga kepadamu, Nduk…” Ibunya tersenyum dan memeluknya erat.
Terbayang ayahnya ikut tersenyum melihat keberhasilannya.
“Alhamdulillah… Terima kasih ya Allah atas karunia yang telah Kau berikan kepadaku”. Rosa mendekapkan kedua tangannya ke wajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar