STUDY TOUR YANG MENGESANKAN
(Galuh Bunga Lodara)
Hari ini tanggal 14 April, aku dan rombongan kelas 8 dari MTsN 4 Trenggalek telah sampai di Yogyakarta. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Borobudur, tempat kedua museum Dirgantara, ketiga Taman Pintar, dan yang terakhir adalah Malioboro. Baru setelah itu kami pulang.
Dari keempat tempat yang kami kunjungi tersebut, yang paling berkesan bagiku adalah Taman Pintar. Ya... walaupun aku, Alifah, Mea, Tria, dan Dian sempat salah masuk, dan dimarahi oleh salah satu guru pendamping kami, tapi di sanalah tempat favoritku selama kegiatan study tour berlangsung.
Setelah menerima karcis dan karcisnya sudah diperiksa oleh petugas di sana, kami semua masuk ke dalam taman pintar. Bagian pertama tidak menarik sama sekali. Kemudian kami naik ke lantai atas melewati tangga yang berbentuk spiral. Ternyata di lantai atas tersebut terdapat berbagai stand dan gerai berbagai ragam makanan. Akhirnya kami sepakat berhenti di salah satu stand untuk membeli minuman. Dan ahay...
“Fah! Lihat tuch!” seruku pada Alifah girang. Telunjukku menunjuk-nunjuk stand buku yang baru saja aku lihat.
“Toko buku...!” Alifah berseru senang seperti Upin Ipin ketika melihat paha ayam kegemarannya.
“Ayo ke sana!” ajakku.
Aku dan Alifah berlari kecil ke arah toko buku tersebut.
“Aku ikut!” Mea ikut juga.
“Ayo masuk! Siapa tahu di dalam bukunya lebih banyak,”
Aku, Alifah, dan Mea pun masuk ke toko buku. Kami bertiga memang memiliki hoby yang sama, pengoleksi buku.
Betapa terkejutnya kami saat masuk ke toko buku tersebut. Berbagai ragam buku ditumpuk-tumpuk hingga ke langit-langit toko. Selama ini aku pikir hanya di perpustakaan saja yang bukunya berderet-deret. Ternyata di sini, bukunya tidak cuma berderet-deret tapi bertumpuk-tumpuk. Andai saja ini semua di rumahku...
“Eh, ayo cepetan! Nanti ketinggalan rombongan. Malah bengong,” Alifah menyeretku mendekati tumpukan buku-buku itu. Dan saking banyak buku di sepanjang toko buku itu, kami hanya cukup berjalan satu persatu. Benar-benar surga bagi pencinta buku. Aroma buku yang khas membuat indera penciumanku seperti mencium semerbak ribuan kembang yang lagi bermekaran.
“Kenapa sedih Luh?” sapa Mea mengagetkanku.
“Sayang sekali Me...?”
“Kenapa?”
“Uangku..., cuma segini nich” aku tunjukkan uang di sakuku pada Mea.
“Ya sedapatnyalah,” jawab Mea sekenanya.
Akhirnya aku putuskan membeli novel Padang Bulan karya novelis faforitku, Andrea Herata. Mea membeli Last Pazel, dan Alifah dengan muka masam menuju ke pintu keluar tanpa menghiraukan kami.
“Fah!” panggil Mea. Alifah tidak merespon sedikitpun dan tetap melenggang keluar. Akhirnya kami ikutan meninggalkan toko buku itu dengan langkah berat.
“Ayo sekarang kita ke Malioboro!” ajak Mea.
Ketika mau kembali ke tempat parkiran bus, kami kembali menemukan gerobak kaki lima yang juga menjajakan buku, buku-buku bekas sepertinya, tapi juga masih cukup bagus.
Aku lirik Alifah membeli dua buah novel. Ternyata harganya beda jauh dengan harga di toko buku yang kami kunjungi pertama tadi. Akhirnya aku beranikan diri untuk membeli satu novel lagi berjudul Sirkus Pohon karya Andrea Herata. Dengan perasaan puas, kami melenggang ke parkiran bus yang telah menunggu kami.
“Apaan Fah yang kamu beli tadi?” selidikku pada Alifah setelah kami kembali duduk di bangku bus.
“Nich!”
“Story of Seth... Secret Admirer...” pantas saja tadi Alifah langsung berubah total raut wajahnya. Ternyata dia sudah mendapatkan buku yang selama ini diimpikannya.
Bus mulai berjalan pelan, kami juga mulai asyik membuka dan membaca novel yang baru saja kami beli. Ini pasti akan menjadi kenangan tak terlupa di sepanjang hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar