PENYESALAN HIDUPKU
(Luluk Nurjanah)
Ini memang salahku, seandainya aku tidak melakukan itu, mungkin tak akan seperti ini. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa menjadi nasi lagi. Semua sudah terjadi. Penyesalan itu selalu datang belakangan. Kesedihan dan air mata yang aku tumpahkan, tak akan bisa mengembalikan keadaan. Dan perbuatan iseng itu akhirnya harus berbuah penyesalan.
Aku memang salah, mengapa aku harus melakukan itu, dan akhirnya aib itu tersebar ke teman-temanku yang lain. Namun mengapa sahabat yang selama ini sudah aku anggap sahabat karibku justru tega melakukan itu padaku. Ini adalah pelajaran sangat berharga.
Awalnya aku memang sempat marah, benci, dan berbagai perasaan campur aduk jadi satu. Namun biar bagaimanapun, semua memang bermuara dari kebodohanku sendiri. Jadi tak ada gunanya kurasa jika aku terus terbelenggu pada perasaan benci, marah, dan semacamnya itu. Toch itu semua tidak akan dapat mengembalikan semuanya.
Ya Allah, sungguh aku telah berdosa padamu. Di malam sunyi ini aku curhat pada-Mu dengan segenap penyesalanku. Hanya Engkau-lah Sang Maha penerima taubat. Hanya Engkau-lah Sang Maha Pengampun dosa hamba. Aku bersimpuh dengan sepenuh pengharapan kasih sayang-Mu. Dan akhrinya aku terlelap di atas sajadah yang kubentangkan di lantai dingin kamarku.
Ketika aku buka mataku, fajar pagi telah menyeruak di atas langit. Warna cerahnya mengantar aku pada tatapan sayang kakakku, yang telah berada di sampingku. Senyum manisnya yang tulus menguatkanku untuk memulai hari itu dengan penuh rasa optimis.
“Kuatkanlah hatimu dan bersabarlah. Di setiap kesedihan pasti akan ada kebahagiaan,” ucapnya padaku lembut saat aku memeluknya erat. “Sabar ya, semua orang pasti punya salah dan pernah khilaf. Bukan cuma kamu saja kok.”
Aku semakin erat memeluk kakakku.
Aku memang tak bisa lari dari kenyataan, aku telah melakukan kebodohan itu, dan kini aku harus berani mempertanggungjawabkan akibat dari kebodohanku itu. Tak cukup aku menyesalinya, tak akan selesai dengan menangisinya. Aku yakinkan diriku bahwa di balik semua peristiwa pasti ada hikmah tersimpan jua. Setidaknya aku kini bisa lebih memaknai arti sebuah persahabatan. Aku bisa tahu mana sahabat sejati yang selalu ada menemaniku. Bukan hanya di saat aku sedang gembira dan bahagia, namun juga selalu ada dan memberi dukungan ketika aku ditimpa duka dan problema, ketika aku butuh teman curhat untuk berbagi beban dan kesedihan. Sungguh kehadiran mereka mampu membesarkan hatiku, mampu mengembalikan semangatku yang hampir tumbang digerogoti keputusasaan.
Hidup adalah sebuah perjalanan panjang. Ada kalanya jalan yang kita lewati lurus dan mulus, namun ada kalanya terjal dan berliku. Namun jangan sampai kita salah langkah untuk yang kesekian kalinya sehingga harus terjerumus pada lobang yang yang lebih dalam. Semoga. (Terima kasih tulus untuk sahabatku: Elli, Deliana, dan Mita. Hadirmu sungguh sangat berarti bagiku).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar