KODOK DALAM SEPATU
(Aprilia Yustina Putri)
KATAK DALAM SEPATU
(Aprilia Yustina Putri)
Hari Rabu adalah hari yang paling aku tunggu, karena pada hari itulah aku dan teman-teman satu kelasku berolahraga. Pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, temanku datang menjemputku.
“Putri, Putri!” teriak Resta memanggilku.
“Iya, aku sedang makan, kamu masuk saja!” jawabku sambil sarapan.
Setelah selesai makan, aku segera mengambil sepatu, tapi sepatu yang kemarin aku taruh lengkap dua-duanya di atas lemari sepatu, tinggal sebiji.
“Lho, sepatuku yang satu mana?” tanyaku sambil celingukan mencari sebelah sepatuku yang tak ada di tempatnya.
“Tuch, di bawah, dekat sepeda,” jawab Ayu memberitahuku sambil menunjuk ke arah sepatuku yang hilang.
“Pantas saja nggak ada di tempatnya, kok bisa nyelonong ke kolong situ sich,” gerutuku sambil memungut sepatuku itu.
Setelah itu aku dan Ayu langsung memakai sepatu masing-masing.
“Ayo berangkat! nanti keburu masuk,” ajak Ayu bergegas.
“Sebentar, kurang sebelah nich,” jawabku sambil membetulkan tali sepatu yang kanan. Setelah itu aku langsung mengambil sepatuku yang kiri.
Ketika aku memasukkan kakiku yang kiri, kurasakan ada sesuatu yang mengganjal.
“Ih, masak ada kotoran kucing di dalam sepatuku,”
“Hey, kenapa bengong?” kata Ayu tak sabar.
“Yu, coba lihat di dalam sepatuku, kayak ada sesuatu yang besar dan menghalangi kakiku untuk masuk nich,” jawabku gugup.
“Ogah ah, lihat sendiri, paling juga ada seseorang yang sengaja ngerjain kamu dengan menaruh batu di dalam sepatumu,”
Aku mengikuti saran Ayu.
Pada saat aku memasukkan tanganku, tiba-tiba, “Aaa... hiii... jijiiik…” teriakku sambil melompat-lompat kegelian. Ternyata sesuatu yang menghalangi kakiku untuk masuk ke dalam sepatuku tadi adalah seekor kodok.
“Ha... ha... ha...” Ayu tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.
“Putri, Putri!” teriak Resta memanggilku.
“Iya, aku sedang makan, kamu masuk saja!” jawabku sambil sarapan.
Setelah selesai makan, aku segera mengambil sepatu, tapi sepatu yang kemarin aku taruh lengkap dua-duanya di atas lemari sepatu, tinggal sebiji.
“Lho, sepatuku yang satu mana?” tanyaku sambil celingukan mencari sebelah sepatuku yang tak ada di tempatnya.
“Tuch, di bawah, dekat sepeda,” jawab Ayu memberitahuku sambil menunjuk ke arah sepatuku yang hilang.
“Pantas saja nggak ada di tempatnya, kok bisa nyelonong ke kolong situ sich,” gerutuku sambil memungut sepatuku itu.
Setelah itu aku dan Ayu langsung memakai sepatu masing-masing.
“Ayo berangkat! nanti keburu masuk,” ajak Ayu bergegas.
“Sebentar, kurang sebelah nich,” jawabku sambil membetulkan tali sepatu yang kanan. Setelah itu aku langsung mengambil sepatuku yang kiri.
Ketika aku memasukkan kakiku yang kiri, kurasakan ada sesuatu yang mengganjal.
“Ih, masak ada kotoran kucing di dalam sepatuku,”
“Hey, kenapa bengong?” kata Ayu tak sabar.
“Yu, coba lihat di dalam sepatuku, kayak ada sesuatu yang besar dan menghalangi kakiku untuk masuk nich,” jawabku gugup.
“Ogah ah, lihat sendiri, paling juga ada seseorang yang sengaja ngerjain kamu dengan menaruh batu di dalam sepatumu,”
Aku mengikuti saran Ayu.
Pada saat aku memasukkan tanganku, tiba-tiba, “Aaa... hiii... jijiiik…” teriakku sambil melompat-lompat kegelian. Ternyata sesuatu yang menghalangi kakiku untuk masuk ke dalam sepatuku tadi adalah seekor katak.
“Ha... ha... ha...” Ayu tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar