SEKOLAH OFFLINE
Oleh: Tharisza Noer Arifin
Pagi yang cerah, berpadu dengan kicauan merdu burung kutilang di pekarangan. Seorang gadis kecil terlihat menggendong tas di punggungnya. Wajahnya cerah dan kelihatan sangat riang. Ia sudah tak sabar untuk berangkat ke sekolahnya. Jam baru menunjukkan pukul 06.00 wib. Ia segera menemui ibunya untuk berpamitan. Ara nama gadis itu.
"Selamat pagi, ibu"
"Selamat pagi juga putriku" kata ibu Ara.
"Wah, sepertinya Ara senang akan sekolah lagi”
"Iya dong Bu. Ara sangat senang bisa sekolah lagi. Bisa berjumpa dengan teman-teman dan bapak ibu guru lagi" kata Ara semangat.
"Baiklah Bu, Ara berangkat sekolah dulu yaa… Ara takut terlambat"
"Hati-hati ya…" kata ibunya Ara, yang dijawab anggukan oleh Ara.
Tibalah kini Ara di sekolah yang ia rindukan selama ini. 2 tahun lamanya, Ara tidak bisa masuk sekolah karena Covid-19. Ara sangat bersemangat memasuki kelasnya. Teman-temannya juga sudah banyak yang dating. Mereka terlihat riang.
"Hai Ara, bagaimana kabarmu? " sapa Dita, teman sebangkunya.
"Alhamdulillah, kabar baik tentunya" jawab Ara tak kalah riang.
"Aku sangat merindukanmu Ara. Sudah cukup lama kita tidak bisa ngobrol bersama"
Beberapa menit kemudian terdengar suara bel pertanda pelajaran pertama akan dimulai. Satu persatu guru masuk ke ruang kelasnya masing-masing sesuai jadwal pelajaran hari itu. Wajah-wajah mereka juga kelihatan cerah penuh syukur.
"Assalamu ‘alaikum anak-anak” sapa Bu Cika yang terjadwal mengajar jam pertama di kelas Ara.
“Wa’alaikum salam…” jawab Ara dan teman-temannya kompak.
“Kabar baik tentunya hari ini menyertai kalian semua”
“Alhamdulillah, baik Bu”
Setelah memberikan motivasi dan pengantar, Bu Cika memulai pelajaran hari itu. Arad an teman-temannya begitu antusias mengikuti kegiatan pembelajaran hari itu.
Jam istirahat tiba. Hari ini Ara sengaja tidak pergi ke kantin. Ia lebih memilih menemui teman-temannya yang beda kelas.
Mereka berbincang melepas kerinduan. Perasaan mereka sama, senang dan bersyukur bisa bertemu kembali, bisa berkumpul kembali, dan bisa belajar di sekolah kembali. Sekian lama mereka harus mengikuti kegiatan pembelajaran secara daring. Tentu sangat tidak sama antara daring dan luring. Pada pembelajaran daring, mereka hanya bisa membaca materi dan itupun sangat terbatas. Tidak bisa bertanya dan diskusi secara bebas seperti ketika pembelajaran tatap muka. Memang, untuk urusan materi tinggal klik di google semuanya bisa didapat. Namun sungguh Ara dan teman-temannya merasa hambar. Kegiatan pembelajaran daring yang diikutinya seperti tak ada makna. Hanya sekedar memenuhi tugas dan kewajiban. Lalu jika terus daring, bagaimana dirinya dan teman-temannya bisa merasakan manfaat kegiatan pembelajaran dan pendidikan?
“Mudah-mudahan kita bisa segera terbebas dari covid-19 anak-anak” kata Pak Edy mengakhiri kegiatan pembelajaran hari itu.
Ketika sampai di rumah Ara dengan antusian menceritakan serunya masuk sekolah di hari pertamanya. Bapak dan ibunya mendengarkan dengan antusias juga. Mereka juga ikut bersyukur karena anaknya sudah boleh masuk sekolah lagi.