06/09/23

Keberuntungan Menjelang 17-an

 

KEBERUNTUNGAN MENJELANG 17-AN

Oleh: Natasa Aulia Salsabila

 


Namanya Felicia. Dia memiliki hobi traveling dengan teman-temannya. Dia anak yang tidak suka diatur dan dibantah. Ibunya terkadang kesal karena Felicia sangat susah diatur. Apalagi mereka memiliki hobi berbeda, menambah keregangan hubungan di antara mereka.

Hari ini, sudah sedari pagi, ibu Felicia tak kunjung berhenti mengomeli anaknya. Alasannya hanya satu, Felicia harus bisa memasak. Apapun caranya, anak satu-satunya itu harus bisa. Tetapi, Felicia membantah. Felicia punya cita-cita yang harus diperjuangkan. Juga, banyak hobi-hobi yang belum sepenuhnya tersalurkan. Felicia tidak ingin cita-cita dan hobinya jadi terhambat, hanya gara-gara belajar memasak.

Kemudian, ibu Felicia berkata bahwa minggu depan ada acara perayaan menjelang 17-an. Semua keluarga yang tinggal di komplek perumahan mereka diwajibkan untuk ikut. Perayaannya dilaksanakan di lapangan dekat jalan raya. Ibu Felicia memaksanya untuk turut serta mengikuti perayaan itu, padahal sebelummya Felicia sempat ingin menolak.

Keesokan hari, ibu Felicia berencana mengajak Felicia belajar memasak lagi. Tetapi, Felicia kabur dari rumah dan lebih memilih pergi jalan-jalan dengan temannya. Felicia tidak ingin belajar memasak, karena memasak tidak ada di dalam daftar hobinya. Ia berpikir bahwa masa depannya masih panjang dan belajar memasak hanya akan membuat masa luangnya habis. Lebih baik ia traveling bersama teman-temannya, selain dapat menenangkan pikiran, hal itu juga termasuk hobi Felicia. Tak terasa satu hari penuh ia habiskan bersama teman-temannya.

Ibu Felicia tak mudah menyerah, hari ini dia ingin mengajari Felicia memasak sebagai ganti hari kemarin yang sempat tertunda. Namun, Felicia malah izin pergi untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya. Ibu Felicia sempat melarang, tetapi teman Felicia sudah datang menjemputnya. Mau tidak mau akhirnya ibu Felicia mengizinkan anaknya pergi.

Dua hari setelah itu, Felicia sakit. Ibunya pun harus mengurungkan lagi niatnya untuk belajar memasak bersama anaknya. Ibu Felicia mulai memarahi Felicia karena berpikir bahwa penyebab Felicia sakit adalah hobi travelingnya yang akhirnya membuat Felicia kelelahan. Tetapi, Felicia membantah. Felicia menjawab bahwa ia sakit karena memang sudah waktunya sakit. Mendengar hal tersebut ibu Felicia semakin marah pada anaknya itu dan meninggalkan kamar anaknya dengan wajah yang geram.

Sepanjang malam, Felicia memikirkan wajah ibunya saat meninggalkan kamarnya. Pagi ini, sebelum keluar kamar untuk menemui ibunya di dapur, Felicia berencana ingin menerima ajakan ibunya untuk belajar memasak. Felicia takut ibunya akan marah jika ia terus-terusan menolak. Tetapi, setelah sampai di dapur, Felicia melihat ibunya sedang berbicara dengan seseorang melalui handphone. Felicia bertanya dan ternyata sang kakek yang menelpon, beliau berkata bahwa nenek Felicia sedang sakit. Jadi, ibu Felicia akan pergi ke rumah nenek Felicia. Mendengar hal itu Felicia ingin ikut bersama ibunya, tetapi dilarang oleh sang ibu dikarenakan lusa adalah hari perayaan dan Felicia diwajibkan untuk ikut sebagai ganti ibunya.

Felicia menunduk sedih. Felicia tidak bisa memasak dan sang ibu tetap memaksanya. Ibu berkata kalau Felicia harus belajar memasak sendiri. Huft, Felicia jadi menyesal kenapa kemarin-kemarin ia tidak menuruti permintaan ibunya untuk belajar memasak. Sekarang, apa bisa Felicia belajar memasak sendiri?

Setelah kepergian sang [bu, Felicia merenung. Ia memikirkan bagaimana caranya supaya ia tidak bisa mengikuti perayaan tersebut. Apa Felicia harus kabur lagi? Atau harus pasrah dan mulai belajar memasak seperti yang ibu inginkan? Sepertinya pilihan pertama sangat buruk. Baiklah, Felicia akan mencoba pilihan kedua.

Keesokan harinya, Felicia mulai menyiapkan beberapa keperluan untuk belajar memasak. Salah satunya yaitu mental. Akhirnya Felicia terjun ke dapur. Ia berdiri di depan kompor dengan raut wajah bingung. Felicia tidak tau harus memulai dari mana. Setelah berpikir, pilihannya pun tertuju pada handphone. Iya, Felicia bisa melihat tutor memasak dari aplikasi di handphonenya. Felicia terkikik ringan karena ia merasa sudah menemukan jawaban dari segala keresahannya.

Lalu, Felicia mulai menyiapkan bahan dan alat yang akan ia gunakan untuk membuat nasi goreng. Iya, nasi goreng. Setelah mencari-cari, Felicia pun menjatuhkan pilihannya pada salah satu masakan khas Indonesia ini. Felicia berpikir, ini mungkin jadi masakan yang mudah untuk ia buat.

Felicia mulai membuat nasi goreng dengan hati-hati, ia bahkan tampak kewalahan. Sesekali Felicia menyeka keringat yang mulai turun. 2 jam waktu yang Felicia butuhkan untuk membuat nasi goreng. Felicia menghela nafas lega setelah menyelesaikan misinya. Karena rasa penasarannya sangat tinggi, akhirnya Felicia mencicipi nasi goreng yang telah ia masak. Ia mengesampingkan rasa lelah dan dapur yang cukup amburadul, demi mencoba masakan pertamanya itu.

Felicia meringis pelan setelah merasakan nasi goreng pertamanya. Ia kira ini akan jadi masakan pertamanya yang lezat, tetapi lagi-lagi hanya ekspektasi Felicia yang berlebihan. Felicia menatap nasi gorengnya dengan lesu, dia mulai pesimis tidak bisa mengikuti perayaan yang diadakan esok hari. Sudah bisa dipastikan besok lapangan akan ramai dengan manusia-manusia, baik peserta atau hanya penonton. Ah, Felicia tidak ingin jadi tontonan karena masakannya yang buruk. Dia mengacak rambutnya kesal. Lalu beralih menatap dapur rumahnya yang berantakan, semakin menambah rasa lelah dan resahnya.

Hari H tiba. Felicia sudah sampai di tempat perayaan. Lapangan dipadati dengan manusia-manusia yang tengah ikut serta merayakan perayaan. Semalam dia sudah mencoba menelepon ibunya, ingin bertanya-tanya tentang perayaan, juga ingin menanyakan kabar neneknya yang sedang sakit. Tetapi, ibunya tidak mengangkat teleponnya. Dan jadilah hari ini, Felicia pasrah. Dia pasrah kalau masakannya buruk dan mendapat ejekan dari peserta atau penonton. Huft, memikirkan itu membuat Felicia pusing sendiri.

Perayaan 17-an di mulai. Felicia mulai memasak. Felicia memasak resep yang ia lihat di handphonenya. Karena hanya itulah jalan terakhir. Felicia memasak telur balado, salah satu resep yang mudah. Felicia akan memakai bubuk instan untuk masakannya, karena dia tidak bisa jika harus membuat bumbu sendiri. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, telah berlalu. Tidak terasa waktu sudah berakhir, semua masakan yang dimasak juga sudah dikumpulkan dan dinilai oleh para juri. Sambil menunggu hasilnya, orang-orang berlalu membeli jajanan di tenda-tenda pinggir lapangan. Tenda-tenda tersebut menjual berbagai macam makanan dan barang-barang tertentu. Felicia pun tak mau kalah, dia juga ikut membeli sesuatu di sana.

Para juri sudah siap untuk mengumumkan pemenangnya. Felicia merasa biasa saja karena ia tidak mau berekspektasi tinggi terhadap ini. Felicia sudah yakin bahwa dia pasti tidak akan menang. Masakan yang dia masak saja pasaran, haha. Tetapi, hal mengejutkan tiba-tiba terjadi. Felicia tegang ketika juri mengumumkan kalau dia pemenang dari lomba memasak ini. Oh God! Felicia benar-benar tidak menyangka. Rasanya seperti mimpi ketika dia menerima penghargaan di atas panggung. Ini akan menjadi hari yang paling berarti bagi Felicia. Ah, Felicia merasa beruntung hari ini. Sama seperti namanya, Felicia, yang artinya beruntung dalam bahasa Hungaria.

Dalam suatu perjuangan, berpikiran optimis atau positive thinking sangat diperlukan. Karena itulah yang akan mengantar kita kepada kebaikan. Tetapi, lagi-lagi hanya Allah yang dapat mengatur alur hidup. Kemenangan Felicia dalam lomba memasak ini bukan hanya sebuah kebetulan atau keberuntungan belaka, tetapi juga karena campur tangan Allah.

Arti Lafal Surat Al Baqarah ayat 254

  SURAT AL BAQARAH AYAT 254   يٰٓاَيُّهَا   wahai فِيْهِ di dalamnya الَّذِيْنَ ...