01/09/23

Masa Putih Abu-Abu

 SINGKATNYA MASA PUTIH BIRUKU

Oleh: Maltanezi

 


 

Namaku Malta. Sekarang aku duduk di bangku kelas 9 Matsanepat. Saat pertama kali datang ke madrasah ini, aku merasa tidak memiliki teman. Apalagi ketika itu sedang Indonesia sedang dilanda Covid-19. Saat itu ratusan orang meninggal karna virus misterius tersebut.

Kegiatan pembelajaran di madrasahku pun harus dilaksanakan dalam jaringan internet (daring). Tentu aku merasa bosan karena hanya belajar sendiri di rumah. Aku ingin segera bertemu dengan teman-teman baruku. Aku ingin mengajak mereka bercanda dan bertukar cerita. Lebih dari satu tahun aku habiskan waktu belajarku di rumah. Hingga akhirnya aku naik ke kelas 8.

Ketika duduk di bangku kelas 8 inilah serangan Covid-19 mulai mereda, biarpun kegiatan di madrasahku belum bisa berjalan secara normal seperti biasa. Kegiatan pembelajaran masih dilaksanakan dengan sistem dua sesi, bergantian masuknya.

Saat itu, aku mulai berteman dekat dengan Zaza. Zaza adalah teman yang baik dan juga asyik. Tak hanya Zaza, aku pun mulai berteman dengan yang lain. Tidak ada permusuhan dan pembullyan di kelas kami. Sungguh terasa nyaman sekali. Sampai suatu ketika sesi-sesian itu berakhir. Kelas kami bisa berjalan kembali secara normal. Namun, aku dan teman-temanku masih dihampiri rasa canggung.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Rasa canggung itu perlahan mulai hilang. Suasana kelas menjadi beda. Aku mulai merasakan hal yang berbeda.

“Ada apa ini?” Tanyaku pada Zaza.

“Aku tidak tahu. Ketika aku datang, mereka sudah memandangku sinis.” Jawab Zaza bingung.

“Apakah kami melakukan kesalahan?” Tanyaku pada ketiga temanku.

“Mereka ini memang aneh.” Jawab salah satu temanku sambil menoleh ke arah beberapa warga kelas kami yang sedang bergerombol.

Sejak saat itu hampir setiap meja memiliki kubu (circle). Hal ini tentu membuat suasana kelas kami menjadi tak seasyik dulu. Saling sindir antar kubu mewarnai hampir setiap hari. Akibatnya tentu muncul konflik yang tak jelas sebab-musababnya. Hingga tibalah waktu kenaikan kelas 9.

“Ayolah, kita sudah kelas 9. Apa kalian mau kita sampai lulus tetap seperti ini? Bermusuhan satu sama lain.” Ucap salah satu temanku.

“Benar, nanti cerita apa yang akan kita kenang saat lulus dari madrasah ini?.” sambungku.

“Baiklah, maafkan aku dan temanku atas kesalahanku yang telah lalu.” Ucap teman sekelasku yang lain.

Akhirnya kami sepakat untuk memulai lagi semua dari awal seperti pertama kali ketika kami saling kenal. Bercanda bersama, bertukar cerita, haha-hihi bersama, dan tak terasa kegiatan pembelajaran sudah masuk di semester 2.

“Yah, sebentar lagi lulus.” Ucapku.

“Benar. Kalian nanti mau melanjutkan sekolah ke mana?” Tanya Sesa.

Teman-temanku yang lain menjawab saling bersautan sambil menyebutkan nama sekolah yang berbeda-beda.

“Apa kita nanti jika sudah lulus tetap bisa seperti ini?” Tanyaku.

”Bisa, pasti bisa! Kita kan kelas 9-B, Better.” Jawab Tata.

Semua tertawa lepas.

Di kelas ini, aku merasa dilindungi dan dihargai oleh semua temanku. Aku juga sangat menyayangi teman-temanku. Aku memiliki 5 sahabat dekat bernama Sesa, Desta, Septi, Tata, dan Zaza. Aku menyayangi mereka layaknya saudaraku sendiri.

Masa putih biruku hanya tinggal beberapa minggu saja. Aku berharap semoga kami semua (aku dan 32 teman satu kelasku) tetap menjadi saudara yang saling menyayangi dan saling menghargai satu sama lain walaupun nantinya perpisahan telah tiba. Jangan sia-siakan waktu yang berharga karena waktu yang berharga datang hanya sesaat dan seketika. Semoga…

 

Doa-Doa yang Utama Dibaca Sesudah Shalat

  DOA-DOA YANG UTAMA DIBACA SESUDAH SHALAT   الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ   حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه...