SELAMAT TINGGAL BULLY
(Rani Dwi Wahyuningsih)
“Uh, lelet banget sich kamu!” bentak Dias ketika menyuruh Nia ke koperasi.
“Mmm... maaf,” kata Nia tertunduk.
“Huuh, dikit-dikit maaf, dikit-dikit maaf. Memang nggak ada tenaga ya?”
Nia hanya tertunduk sedih mendengar celaan Dias yang sangat menyakitkan hatinya. Tak terasa air matanya meleleh.
“Eh, malah cengeng lagi!” bentak Aira.
“Sana ngadu sama ibumu, dasar anak mama.” tambah Rena.
Begitulah hari-hari yang dilalui Nia di sekolahnya, selalu dibully oleh teman-temannya terutama “Trio Wow” yakni Aira, Dias dan Rena.
Pagi itu “Trio Wow” kembali membully Nia. Jarum penthul satu-satunya yang digunakan untuk merapikan jilbabnya diambil paksa oleh Dias.
“Jangan...,”
“Halah, gini saja kok nggak boleh,” Rina melemparkan jarum penthul itu ke tong sampah.
Nia hanya diam tak berekspresi.
“Eh, kamu nggak usah ikut kelompok kami lo. Nggak level, tahu,”
“Dan awas kalau sampai ngadu sama Pak Eko.” ancam Aira.
Keseokan harinya Nia tidak muncul di sekolah. Menurut temannya di kelas lain, Nia opname di Puskesmas karena terserang demam.
“Well..., nggak ada yang bisa dusilin nich.” seru Rina tanpa dosa.
Aira dan Dias mengamini.
Ketika mereka sedang kejar-kejaran di kelas pas pergantian jam pelajaran, tanpa sengaja Dias menabrak meja tempat Nia biasa duduk. Sebuah buku kecil jatuh dari balik laci meja tersebut. Dias langsung memungutnya, lalu mereka bertiga mojok di sudut ruangan dan membuka-buka buku kecil itu. Ketika sampai di sebuah halaman, mereka menemukan untaian kalimat berikut:
“Mengapa aku selalu dicampakkan? Mengapa aku selalu dibully? Apa salahku? Apa yang membuat aku diperlakukan begini? Apa betul aku ini anak mama? Apa betul aku ini anak manja? Aku hanya butuh teman yang bisa diajak berbagi dan curhat untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam diriku, untuk menghilangkan ketakutanku. Aku tidak menuntut lebih dari itu. Tapi mengapa mereka justru memperlakukan aku begini? Ataukah selamanya aku akan tetap sendiri, terkucil dari teman-temanku sendiri?”
“Trio Wow” (Dias, Aira dan Rina) begitu terharu membaca untaian kalimat yang ditulis Nia tersebut. Siang harinya sepulang sekolah mereka sepakat menjenguk Nia di Puskesmas.
Selamat tinggal bully, selamat datang persahabatan.