23/09/23

Tragedi Air Minum

 

TRAGEDI AIR MINUM

Cerpen: Nayshila Dwi Syafatul Anisa

 

Amar seorang siswa cerdas tetapi pemalas. Dia mengerjakan tugas hanya saat sempat dan luang. Kebanyakan waktunya dihabiskan untuk mengakses sosial media. Mencari hal-hal yang membuat hatinya senang sambil sesekali mencari informasi beasiswa dan sekolah favorit.

Amar terbangun dari tidurnya dengan nyawa yang masih belum sepenuhnya terkumpul. Dia terbangun saat langit masih gelap dan matahari masih malu-malu menampakkan wajahnya.

Handphone Amar terus bergetar, tanda pesan masuk. Ia sangat penasaran siapa yang terus-terusan mengiriminya pesan sepagi ini. Bu Susi ternyata. Sontak Amar membelalakkan matanya, ia kaget saat Bu Susi mengiriminya pesan dan menyuruhnya menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade di sekolah favorit. Dan yang lebih membuat Amar kaget lagi, sekolah tersebut merupakan sekolah impiannya, sekolah yang diidam-idamkannya selama ini. Ia selalu mencari informasi tentang sekolah tersebut di sosial media, dan tentunya membayangkan betapa indahnya saat ia menjadi salah satu siswa di sana.

Tanpa ba bi bu, ia langsung menerima tawaran Bu Susi tersebut. Amar merasa sangat bangga dengan dirinya sendiri karena hanya anak pilihan yang dianggap pintar dan cerdas yang bisa menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba.

Sambil merebahkan tubuhnya di kasur, Amar membayangkan jika nanti yang akan menjadi juara adalah dia dan bisa masuk sekolah dengan beasiswa. Sangat indah, Amar tidak berhenti tersenyum.

Amar berdiri dari kasurnya lalu menuju rak buku untuk mengambil buku latihan soal. Ia sangat ingin bekerja keras saat ini, demi impian dan cita-citanya selama ini. Ia mulai mencari tambahan materi di internet, menulisnya di buku catatan, lalu mulai latihan mengerjakan soal. Ia memberi target untuk dirinya sendiri agar terus belajar, menghilangkan rasa malas yang selama ini sudah tertanam kuat dalam dirinya, semua ini ia lakukan demi cita-cita dan impiannya. Pandemi lah yang menjadi faktor utama rasa malas tertanam kuat dalam diri Amar.

Di sela-sela Amar belajar, ia merasa lapar, lalu bergegas menuju ke dapur untuk mengambil makanan. Amar buru-buru karena ia merasa sibuk, sampai tidak sadar ada ibu yang sedang membawa air minum untuk ayah yang sedang makan.

Amar menabrak ibu dan air tumpah mengenai wajah dan tubuhnya, semua basah. Sontak Amar kaget dan terbangun dari mimpinya. Ia marah, benar-benar marah. Kemudian ia melihat handphonenya dan ternyata benar, tidak ada notif sama sekali dari Bu Susi. Amar hanya bermimpi, harapan dan khayalan yang indah harus pupus. Semua hanya tinggal di angan.

Tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan belajar. Manusia diberi perintah agar berusaha, belajar, dan berdoa, bukan hanya melaksanakan salah satunya. Mimpi untuk dikejar, dikejar secara nyata, tidak dengan khayalan saja. Jangan pernah salahkan keadaan untuk menutupi rasa malas. Pandemi bukan berarti dunia berhenti, termasuk dalam hal usaha dan belajar.

 

 

Arti Lafal Surat Al Baqarah ayat 254

  SURAT AL BAQARAH AYAT 254   يٰٓاَيُّهَا   wahai فِيْهِ di dalamnya الَّذِيْنَ ...