PESAN UNTUK DIRI SENDIRI
Oleh: Klaudia Putri Imelga
Namaku Klaudia. Pesan ini aku tulis untuk diriku sendiri. atau anggap saja untuk siapapun termasuk kamu. Kamu yang mendengarkan pesan ini datang untuk memelukmu, setidak-tidaknya untuk menemanimu malam ini.
Hallo diri sendiri. Bagaimana kabarnya? Baik? Ah, lagian kalau ditanya orang juga aku akan menjawab baik. Aku akan bilang, iya, aku baik. Bagaimana? Hmmm...kamu masih peduli dengan yang lain? Orang lain kabarnya lebih baik dari kamu. Kemudian aku jawab, iya seperti biasa, kabar orang lain selalu lebih baik daripada aku.
Aku sering kali bertanya tentang orang lain, bagaimana kabar mereka? Apa yang mereka lakukan? Mereka sedang baik atau tidak? Apa mereka sedang bersedih?
Tokoh utama tentang hidupku sepertinya memang bukan aku. Kadang aku merasa seperti manusia yang tidak berguna. Kadang merasa tidak dibutuhkan. Kadang merasa sendirian. Kadang merasa kesal dan kecewa. Kadang mau berhenti berharap atas apapun juga di dunia ini, apapun. Sungguh. Aku tidak mau berkata-kata apapun lagi.
Pernah terlintas dalam pikiran jahatku bertanya tentang mengapa aku dilahirkan jadi begini? Dan pertanyaan terpenting adalah mengapa aku dilahirkan di dunia ini? Mengapa Tuhan justru memilih aku di antara sekian banyak benih yang bersaing menuju rahim ibuku? Mengapa lahirnya harus aku?
Sempat bilang juga pada diri sendiri. Kecewa sama diri, marah sama diri, nggak bisa ngelakuin yang diri sendiri mau, nggak bisa jadi yang terbaik, nggak bisa seperti orang lain. Makanya buat apa lagi bertahan pada sesuatu yang tidak ada harapannya.
Ada orang yang bilang aku masih bertahan di bumi bukan karena aku ingin, aku hanya takut mati, takut neraka, aku hanya takut orang yang kutinggalkan dengan derita merasakan rasanya ditinggalkan sebelum waktunya. Aku serius. Aku pernah mendengar ada seseorang berkata demikian.
Diri, terima kasih sudah merasa kuat, terima kasih sudah merasa sakit. Aku menghela napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Aku memeluk diriku sendiri. Pelukan yang ternyata menjadi pelukan ternyaman. Tempat yang dicari orang untuk pulang yang sebenarnya. Tidak banyak mengerti dengan kata bertahan. Terima kasih tidak kalah dalam peperangan. Terima kasih sudah bertahan. Terima kasih masih percaya bahwa ada harapan.
Aku tahu hidupku tak seenak kelihatannya. Lihat! Berapa banyak di antara mereka yan punya segalanya tetapi tetap mengakhiri kehidupannya. Diri, lihat juga mereka yang terkenal bukan main keluarganya, sempurna. Segalanya terlihat indah. Namun ternyata mereka mengakhiri hidupnya.
Lama kutemukan diriku kehilangan maknanya, kembali masuk kamar mengurung diri, mengurung hati, mencari jawaban atas pertanyaan, kok kayaknya nggak ada yang bisa aku banggain ya di dunia ini? Kenapa mereka bisa jadi orang yang hebat?
Kata orang-orang itu aku juga bisa. Motivator-motivator terkenal itu, juga para pembual besar yang mengatakan, aku sama seperti mereka, bahkan bisa lebih hebat dari mereka.
Diri, tahu tidak kalau sebenarnya banyak yang ingin ada di posisi. Sebetulnya ada banyak hal yang menjadi kebaikan dalam diriku. Dan ada banyak kelebihan yang tidak aku ketahui. Kau hebat tapi kau mengecilkan diri sendiri. Kau tahu kau kuat tapi kau anggap rapuh diri sendiri. Diri, bukankah kau seharusnya bersyukur. Ah iya, seharusnya aku bersyukur.
Lantas bagaimana jika teman-temanku yang justru menjauh dariku ketika aku susah? Apa aku masih beruntung dengan kondisi seperti ini? Ya, tetaplah bersyukur. Bukankah kepergian mereka justru bisa memberikan pengertian kepadamu mana sahabat yang sesungguhnya bagimu?
Ya, ternyata memang banyak hal yang aku punya. Ternyata masih ada banyak alasan untuk bertahan. Dan ternyata pesan untuk diri sendiri sudah sangat sepantasnya aku dengarkan malam ini.
Diri, terima kasih, terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Sudah, sudahi dulu bicaranya. Dan marilah coba kita ubah pikirannya. Kita perluas pandangannya. Bukankah kamu berharga lebih dari sekedar kata kecil. Percayalah bahwa setiap kejadian itu membawa makna. Ada hal baik yang menanti. Ada pelangi sehabis hujan. Ada harapan dari segala yang terlihat tidak ada kepastian.