10/09/23

Inilah Makna Hidup yang Sesungguhnya

 

INILAH MAKNA HIDUP YANG SESUNGGUHNYA

Oleh: Ciko Mohamad Ardawi

 


Dunia pasti akan terasa hampa jika hidup sendirianm, tidak berinteraksi dengan lingkungan sosial. Cerita ini berlatarbelakang di sebuah sekolah lanjutan pertama. Ada seorang siswa bernama Hakam. Dia adalah murid kelas IX. Dia cenderung kurang bersosialisasi. Minat belajarnya yang membuat dia kurang mengenal satu sama lain karena dia menganggap pengetahuan sebagai teman atau sahabatnya.

Dia juga memiliki teman sebangku, namanya Adi. Adi adalah anak yang sangat mudah bergaul dan bersosialisasi tapi pengetahuannya masih di bawah Hakam. Ia pun ingin mencoba bergaul dengan teman sebangkunya agar dapat pengetahuan yang luas.

“Hakam, apakah aku boleh bertanya?” Kata Adi.

Saat itu Hakam sedang sibuk belajar dan tidak menanggapi pertanyaan Adi. Lalu Adi pun berkata, “Baiklah, mungkin hanya butuh waktu untuk belajar, semoga beruntung.” Adi pun pergi meninggalkan Hakam dan Hakam menjawab dengan lirih “Baik.”

Sudah berbulan-bulan Hakam tidak kunjung berubah. Dia memilih untuk menyendiri dari pada bergaul. Beberapa kali Adi mencoba mengajaknya untuk bergaul tapi dia tidak menanggapinya.

Adi pun mulai sedikit kewalahan hanya untuk membuat Hakam menjadi orang yang bisa bersosialisasi. Meskipun begitu dia tidak mudah menyerah, dia ingin membuat Hakam menjadi orang yang bisa bergaul dengan teman-teman lain. Adi pun ingin menyusun rencana untuk membuat Hakam bisa bersosialisasi. Rencana tersebut juga dibantu oleh beberapa temannya yaitu Baba, Refi, Nofi, dan Nina.

Mereka menyusun rencana untuk mengajak Hakam ke tempat-tempat tertentu agar bisa saling mengenal.

“Teman, bagaimana kalau kita ajak dia secara pelan-pelan, mungkin dia nanti akan terbiasa.” Ucap Nofi.

“Kalau pelan-pelan nanti jadi kelamaan, kita langsung saja.” Jawab Baba.

Nina spontan menjawab “Jangan! Kalau terburu-buru kita hanya akan memperburuk keadaan.”

Refi juga ingin memberikan pendapatnya namun tak ada satu pun ide yang muncul di kepalanya.

Setelah cukup lama berdiskusi, akhirnya mereka memutuskan untuk melakukannya besok, tepatnya pada hari Minggu, dan semuanya pun setuju.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Saatnya beraksi. Adi berkunjung ke rumah Hakam untuk mengajaknya jalan-jalan pagi.

Assalamualaikum, Hakam!” Ucap Adi.

Hakam keluar rumah dengan keadaan masih mengantuk,Waalaikum salam.” Jawabnya.

“Hakam, ayo kita jalan-jalan pagi. Biasa untuk menyehatkan tubuh.” Ajak Adi.

Awalnya Hakam sedikit menolak ajakan itu namun dari kejauhan Ibu Hakam datang menghampiri dan mengatakan kepada Hakam untuk ikut.

“Ikut saja, Nak! Tidak ada salahnya jalan-jalan di hari Minggu.”

Akhirnya Hakam mendengarkan perkataan ibunya. Dia pun bersiap-siap terlebih dahulu dan pergi jalan-jalan bersama Adi.

Jalan pagi pun dimulai dan rencana mereka juga mulai berjalan. Tiba-tiba datang Nina bersama teman-temannya untuk ikut jalan pagi bersama. Kemudian juga datang Baba dan Refi yang menyusul mereka menggunakan sepeda. Mereka saling menyapa satu sama lain sehingga Hakam merasa agak malu untuk menyapa balik.

“Hei semua, Ada yang melihat Nofi?” Tanya Adi.

“Dia belum datang, sebaiknya kita tengok dia.” Usul Baba.

Semua setuju dengan ucapan Baba namun Hakam terus menolak dan berkata “Maaf semua, aku tidak bisa ikut. Aku sedang ada urusan.” Kata Hakam.

Refi langsung menjawab, “Ayolah Hakam, ikut kami. Hanya sebentar kok.”

Setelah dipaksa oleh teman-temannya, akhirnya Hakam pun ikut dengan mereka.

Sampailah mereka di rumah Nofi. Mereka semua dipersilakan masuk oleh Ayah Nofi. Ayah Nofi kemudian memberi tahu bahwa Nofi sedang sakit demam dan pamit mau pergi ke apotek. Sementara itu semua teman Nofi diminta untuk menjaga Nofi sebentar.

Hakam agak ragu untuk masuk karena dia bingung cara berbaur bersama dengan teman-temannya. Di titik inilah Hakam mulai merasa khawatir akan dirinya karena tidak pernah bertemu dengan orang-orang. Akhirnya Adi pun memutuskan untuk memberi tahu Hakam bahwa rencana mereka gagal.

“Baiklah Hakam, kau menang dan kami kalah.” Ucap Adi.

“Menang? Menang apa?” Jawab Hakam.

“Rencana kami sebelumnya untuk membuatmu berbaur menjadi gagal.” Ucap Baba.

Setelah mendengar perkataan teman-temannya tersebut, Hakam menjadi tahu bahwa mereka mengajak dirinya sebelumnya agar Hakam bisa berbaur dan bergaul dengan teman-temannya. Akhirnya dengan tekad kuat, Hakam pun menjadi berani untuk berbaur. Teman-teman Hakam pun merasa bahagia. Lalu mereka semua masuk untuk menjenguk Nofi.

Hakam dan semua yang ada di sana menghibur Nofi agar dia bahagia. Dan terungkaplah bahwa Hakam sebenarnya juga seorang yang humoris. Mereka pun bisa berteman dengan baik. Hakam pun mulai dikenal karena suka berbaur dengan teman-temannya. Di sisi lain jika ada waktu luang, ia juga akan tetap belajar. Dia juga suka menolong temannya.

“Terima kasih atas kesungguhan kalian membantuku. Inilah makna hidup yang sesungguhnya”. Ucap Hakam tulus di depan teman-temannya.

Arti Lafal Surat Al Baqarah ayat 254

  SURAT AL BAQARAH AYAT 254   يٰٓاَيُّهَا   wahai فِيْهِ di dalamnya الَّذِيْنَ ...