SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN
MTsN 4 TRENGGALEK
Berdirinya MTsN 4 Trenggalek tidak terlepas dari keinginan masyarakat yang menghendaki pendidikan agama Islam di lingkungan pedesaan yang diakui oleh pemerintah dan mendapat ijazah resmi sebagaimana sekolah umum pada masanya. Sementara lembaga pendidikan yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan di pedesaan yang ada hanya setingkat Sekolah Dasar (SD) atau yang dulu disebut Sekolah Rakyat (SR). Jika menginginkan belajar agama Islam di pondok pesantren maka harus mondok ke Durenan atau Trenggalek yang jaraknya cukup jauh dengan sarana transportasi yang masih sangat sulit, bahkan ada yang menempuhnya dengan berjalan kaki.
Masih sedikitnya orang yang sadar akan pentingnya pendidikan, juga menjadi faktor penghambat berkembangnya lembaga pendidikan di Kecamatan Watulimo. Hanya orang-orang tertentu saja yang mau menempuh pendidikan di sekolah atau pesantren. Banyak warga yang tidak mau ke sekolah karena mereka beranggapan bahwa sekolah itu hanya menghabiskan biaya, waktu dan tenaga, apalagi belum pasti bisa menjadi pegawai. Akhirnya mereka lebih memilih bekerja menjadi petani, nelayan, menggembala ternak, dan yang lainnya, yang sudah pasti mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Madrasah Tsanawiyah menurut catatan didirikan pada tanggal 1 April 1968. Dari awal berdiri hingga perkembangannya seperti sekarang ini, MTsN 4 Trenggalek telah mengalami serangkaian perjalanan panjang, rumit dan berliku. Berbagai rintangan dan hambatan selalu menghadang dalam proses perkembangannya menuju madrasah yang dicita-citakan. Nuansa keagamaan, dinamika politik (kekuasaan), kondisi alam, budaya dan tradisi masyarakat sekitar menjadi faktor penentu keberlangsungan madrasah saat itu.
Berawal dari kesepakatan para tokoh masyarakat yang kala itu dipelopori oleh Bapak Abdul Djalil, akhirnya berhasil didirikan bangunan 3 lokal berdinding gedhĕk (papan bambu) di tanah gendhon (sekarang Mapolsek Watulimo). Madrasah itu diberi nama SMP Tsanawiyah yang berada di bawah naungan LP Ma’arif.
Setelah berjalan sekitar 5 tahun, cobaan pertama datang. Bangunan madrasah dari bambu tersebut terkena angin kencang sehingga roboh berantakan. Akhirnya untuk sementara kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke 3 lokasi, yaitu di rumah Bapak Abdul Djalil (sekarang rumah keluarga H. Roni (Gendingan), rumah Bapak Djumiran (Gendingan), dan rumah Bapak Wartomo (Gendingan). Kegiatan belajar mengajar darurat ini berjalan selama 3 (tiga) tahun. Kemudian kegiatan belajar mengajar pindah ke rumah Bapak Madi (Prigi) -depan Kantor Camat Watulimo- dan berlangsung selama 6 (enam) tahun.
Gedung Bari di Lokasi 2
Pada tahun 1979, pengurus mendapatkan tanah wakaf yang terletak di sebelah utara SMPN 1 Watulimo dari Bapak Soeparto (Kepala Desa Prigi ketika itu). Lalu dibangunlah gedung Madrasah Tsanawiyah, yang diberi nama Tsanawiyah GUPPI Prigi.
Dalam proses pendirian dan pembangunan gedung baru tersebut, pengelola madrasah seringkali melibatkan siswanya untuk kerja bakti mencari batu dan pasir dari sungai, membawa batu bata merah dari rumah, mengambil kayu dari hutan, dan sebagainya. Mereka bergotong royong secara suka rela untuk membangun sebuah gedung madrasah dengan fasilitas seadanya.
Jumlah Siswanya dari Tahun ke Tahun Terus Meningkat
Pada tahun 1984, atas peran dan perhatian dari Departemen Agama, Madrasah Tsanawiyah GUPPI Prigi mulai diakui sebagai kelas jauh dari MTsN Trenggalek dengan perubahan nama menjadi MTsN Trenggalek Fillial di Prigi, dengan kepala madrasah Drs. Mucholil (Bandung). Meskipun masih berstatus fillial, keberadaan madrasah ini telah mendapat respon positif dari masyarakat. Masyarakat menganggap Tsanawiyah Prigi sudah sejajar dengan sekolah umum lainnya yang berstatus negeri karena ijazahnya ditandatangani oleh Kepala MTsN Trenggalek.
Seiring dengan perkembangan madrasah yang semakin baik, dari tahun ke tahun perolehan siswa baru juga semakin meningkat. Dari semula hanya satu kelas, menjadi 2 kelas (A dan B), kemudian menjadi 3 kelas (A, B dan C). Semakin banyaknya siswa yang masuk ke madrasah ternyata juga mendatangkan kendala yakni dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Hal ini tak lain karena keterbatasan ruang belajar (kelas). Maka sebagai solusinya kegiatan pembelajaran dijadikan 2 gelombang, yaitu ada yang masuk pagi dan ada yang masuk siang. Pola ini ini berlangsung selama beberapa tahun.
Berkat usaha tak kenal lelah dari para pengelola madrasah, akhirnya pihak madrasah bisa membeli tanah di sebelah timurnya tanah wakaf, bersebelahan dengan rumah Bapak Sutarni. Dengan penambahan luas lokasi yang semula hanya mampu menampung 1 ruang kantor dan 3 ruang kelas tersebut, akhirnya dapat dibangun gedung baru bantuan dana dari pemerintah.
Pada tahun 1995, status madrasah berubah, dari MTsN Trenggalek Fillial di Prigi menjadi MTsN Watulimo. Dengan perubahan status ini, maka pengelolaan madrasah secara otomatis terlepas dari MTsN Trenggalek sehingga madrasah memiliki hak penuh untuk mengatur dan mengelola kegiatan pendidikannya. Madrasah secara langsung juga dapat berkoordinasi dengan Departemen Agama, sehingga dalam mengajukan bantuan program pemerintah bisa lebih mudah dan cepat.
Seiring dengan perubahan status dari Fillial ke Negeri ini pula, pada tahun 1995 MTsN Watulimo mendapat tambahan lahan baru, yaitu tanah wakaf dari Bapak H. Irchan (Sumber, Prigi). Lahan yang awalnya berupa tanah persawahan ini, kemudian diubah menjadi tempat pembelajaran yang nyaman dan representatif. Dengan adanya lokasi baru di Dusun Sumber, Desa Prigi ini, maka pengembangan sarana prasarana madrasah terus dilakukan. Ada beberapa program pemerintah yang berhasil direalisasikan di MTsN Watulimo, antara lain melalui Block Grant, Matching Grant, MEDP serta dana hibah lainnya.
Sehubungan dengan adanya 2 gedung madrasah di dua lokasi berbeda, maka ketika itu kegiatan pembelajaran juga dilaksanakan di dua tempat, yakni di gedung I (tanah wakaf dari Bapak Suparto Prigi) dan di gedung II (tanah wakaf Bapak H. Irchan, Sumber). Pada perkembangan selanjutnya, pembangunan sarana prasarana madrasah lebih banyak difokuskan di gedung II dengan pertimbangan untuk lebih mengoptimalkan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di madrasah. Dan pada tahun 2000, di bawah kepemimpinan Bapak Saerodji ch, kegiatan pembelajaran secara keseluruhan dapat dilaksanakan di gedung II (Dusun Sumber Desa Prigi), sedangkan gedung I digunakan untuk kegiatan praktikum, seperti lab komputer, lab IPA, dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya.
Peningkatan kuantitas dan kualitas siswa terus diupayakan melalui berbagai program madrasah. Apalagi dengan adanya program Madrasah Education Development Project (MEDP), selama 5 periode hingga tahun (2008 s.d 2012). Dalam program ini, MTsN Watulimo menerima bantuan pemerintah lewat ADB Loan, dengan jumlah dana yang cukup besar. Dana ini dimanfaatkan secara maksimal untuk merealisasikan beberapa program yang cukup signifikan, baik yang berhubungan dengan sarana prasarana maupun sumber daya manusianya.
Demikianlah sejarah singkat berdiri dan perkembangan lembaga pendidikan kita yang saat ini bertitel MTsN 4 Trenggalek, atau yang populer dengan sebutan MATSANEPATGA (Madrasah Tsanawiyah Negeri Empat Trenggalek).
semoga MTSn 4 trenggalek semakin sukses
BalasHapus