23/09/23

Kakak untuk Acha

 

 

KAKAK UNTUK ACHA

Oleh: Natasya Aulia Salsabila

 

Acha pulang ke rumah dengan wajah murung, ia melangkah tanpa semangat menuju ruang tamu untuk menemui wanita yang paling berharga dalam hidupnya.

"Ibu?" Panggilku.

"Loh? Sayang? Kok sudah pulang?" Jawab ibuku.

"Aku ingin punya kakak!"

"Kenapa kok tiba-tiba?" Tanya ibuku heran.

"Teman-temanku semua punya kakak, aku sendiri yang tidak!"

Dengan suara rengeknya Acha meceritakan percakapan temannya saat mengobrol di sekolah. Flashback.

"Kakak laki-lakiku kemarin pulang, aku dibawakan banyak sekali mainan." Cerita temanku.

"Iyakah? Aku kemarin juga dibelikan makanan kesukaanku oleh mbakku." Sahut temanku yang lain.

"Iya, kakakku baik banget, dia selalu memanjakanku, aku sayang banget sama dia." Cerita yang lain.

"Acha? Kamu gak punya kakak, ya?" Tanya temanku. Aku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Aku tidak punya kakak tapi aku punya adik laki-laki," jawabku.

"Aku juga punya adik, dia selalu menyusahkanku, selalu jail. Aku kesel." Ungkap temanku yang lain.

"Wah, rugi banget kamu, Cha. Coba minta ibumu, siapa tau dikasih." Usul temanku.

Ibu pun tertegun keheranan mendengar cerita Acha tentang teman-temannya. Putri tersayangnya itu terus saja bertanya tentang seorang kakak. Sebelum menjawab pertanyaan putrinya, ibu menghela nafas panjang. Tanpa panjang lebar ibu menjelaskan kepada Acha bahwa seorang kakak adalah putra/putri yang lahir terlebih dahulu sebelum saudara yang lain, sedangkan putri ibu yang lahir terlebih dahulu itu Acha, baru adiknya, Nizam. Jadi, Acha ini kakak, kakak untuk Nizam. Begitulah jelas ibu sambil memeluk dan mengelus kepala putri kecilnya itu.

Hati ini merasa tak terima dengan penjelasan ibu. Air mata pun jatuh mengiringi sejuta pertanyaan dalam hati yang masih belum menemukan jawaban. Mengapa ibu tidak bisa mengabulkan permintaanku? Apa ibu tidak sayang padaku? Setelah capek menangis, Acha pun tertidur.

Hari sudah pagi, aku sudah bersiap untuk pergi bermain bersama temanku, karena hari ini hari minggu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Kakak?!" Teriakku melihat sosok laki-laki yang membuka pintu.

"Halo, adikku sayang. Kamu sudah besar, ya?" Tanya kakak padaku.

"Iya, kakak dari mana aja? Aku kan kangen." Jawabku dengan sesenggukan.

"Kakak harus kerja. Kamu mau kemana?"

"Mau ke rumah teman."

"Jangan dulu kakak rindu sekali sama kamu, ini oleh-oleh dari kakak." Menyodorkan dua bungkus kotak besar.

"Yeay! Makasih, kakak." Jawabku dengan girang.

"Kakak? Kapan pulang?" Tanya ibuku dari dapur kepada kakak.

"Baru saja, Bu." Meraih tangan lembut dan menciumnya.

"Ibu, lihat! Kakak membawakan aku boneka beruang." Ucapku dengan senang.

"Wah, bagus sekali bonekanya."

Lalu Ibu kembali ke dapur untuk memasak. Aku pun pamit pergi ke rumah teman untuk bermain. Tak mau kalah dengan cerita teman-teman kala itu, aku bercerita bahwa kakakku pulang dan memberikan hadiah bonek beruang. Teman-teman Acha merasa iri mendengar cerita Acha. Tak terasa waktu berjalan cepat, matahari sudah mulai terbenam. Acha pun berpamitan pulang. Acha melangkahkan kaki penuh dengan semangat. Sepulang dari rumah teman Acha, kakak langsung memanggil Acha.

"Acha? Boleh kakak minta tolong?"

"Boleh banget, kakak mau minta tolong apa?"

"Tolong buatkan kakak kopi, ya? Kakak haus." Suruh kakakku.

"Oke." setelahnya, ku buatkan kopi untuk kakakku lalu ku berikan padanya.

Dengan senang hati, Acha melaksanakan semua yang diminta oleh kakaknya. Namun, tak cukup satu-dua kali tanpa henti Acha terus saja dimintai tolong oleh kakaknya. Rasa senang pun berubah menjadi rasa dongkol. Tak terasa keringat bercucuran dan air mata menetes. Acha pun membuka matanya lebar-lebar. Dia merasa lega, apa yang dialaminya hanya mimpi belaka. Akhirnya, Acha sadar bahwa tidak semua yang terlihat menyenangkan akan selalu menyenangkan saat dijalani sendiri. Lalu Acha berlari menuju halaman depan untuk bermain bersama adik tersayangnya, Nizam.

Arti Lafal Surat Al Baqarah ayat 254

  SURAT AL BAQARAH AYAT 254   يٰٓاَيُّهَا   wahai فِيْهِ di dalamnya الَّذِيْنَ ...