BLING BLING DINO
Oleh: Nayla Masyitha Ramadhani
Semilir angin memasuki kamar seorang gadis yang sedang bergelung di bawah selimut tebal. Mata gelap bak obsidian itu tengah memperhatikan rintik hujan yang turun dari langit melalui jendela kamarnya. Hujan turun semakin deras membuat gadis itu terlarut dalam kesedihan.
Keyvara Valerie, panggil saja Key. Gadis cantik dengan mata gelap bak obsidian masih menatap sendu rintik hujan dari dalam kamarnya. Key mendudukkan dirinya di tepi kasur. Kakinya mulai melangkah ke arah meja belajar, menarik kursi dan membawanya ke dekat jendela lalu mendudukkan diri di atas kursi tersebut. Tatapannya terkunci ke langit yang terselimuti awan hitam, sepertinya hujan akan lebih lama reda kali ini.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Key dari awan hitam yang menghiasi langit kala itu. “Masuk” ucap Key. Pintu kamar berwarna coklat muda itu pun terbuka perlahan disusul dengan kepala wanita paruh baya yang menyembul sambil membawa nampan berisi coklat panas dan makanan ringan. Itu Bi Ira –salah satu asisten rumah tangga keluarga Key–. Bi Ira meletakkan nampan yang dia bawa di nakas dekat tempat tidur Key. “Terima kasih Bi” ucap Key. Secangkir coklat panas saat hujan, Bi Ira memang selalu tahu yang terbaik.
Key melangkahkan kaki ke arah nakas, mendudukkan diri di tepi kasur kemudian meraih segelas coklat panas di atas nakas, menyesap sedikit demi sedikit coklat tersebut kemudian meletakkannya kembali. Tatapannya terkunci pada sebuah foto yang tertempel di dinding dekat meja belajarnya. Foto seseorang yang pernah menjadi semangat hidupnya, bahkan hingga saat ini pria itu masih menjadi alasan Key untuk tetap bertahan. Key meraih foto tersebut, menatap sayu pria yang sedang tersenyum manis itu. Senyuman yang indah. Senyuman yang bahkan belum pernah Key lihat secara langsung. Pandangannya memburam, matanya mulai berkaca-kaca. Ia merindukan pria itu. Sangat. Ingatannya otomatis terputar kembali ke tahun 2017, tiga tahun yang lalu.
Malam itu, hujan turun sangat deras. Suasana yang cocok untuk menonton ulang variety show yang pernah Jonghyun datangi, tentu saja kegiatan itu Key lakukan setelah menyelesaikan tugas-tugasnya. Kim Jonghyun, lelaki kelahiran tahun 95 yang saat ini tengah membuat Key tertawa terbahak-bahak karena tingkah acaknya. Lelaki ini juga yang menemani Key saat dirinya kesepian karena orang tuanya yang sibuk bekerja. Hingga akhirnya mata Key mulai tertutup perlahan akibat kantuk yang terus menyerangnya.
Sinar matahari masuk melalui celah tirai jendela kamar Key. Kakinya melangkah membuka jendela kamar, aroma tanah khas setelah hujan menyeruak menyapa indra penciuman Key. Aroma yang menenangkan. Setelah cukup lama berdiri di dekat jendela, Key memutuskan beranjak ke kamar mandi dan berangkat ke sekolah.
Sepulang sekolah, Key langsung merebahkan diri di atas kasurnya yang empuk. Selasa yang melelahkan. Pandangannya menerawang langit-langit kamar, entah mengapa sepertinya langit-langit kamar lebih menarik ketimbang setumpuk tugas yang sudah menunggu untuk dikerjakan. Key membiarkan pikirannya melanglang buana, memikirkan hal acak yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Hingga pikirannya tiba-tiba saja terpenuhi oleh seorang Kim Jonghyun. Ah, laki-laki manis itu lagi. Pandangannya seketika beralih ke sebuah celengan berbentuk tabung di atas meja belajarnya. Yap, uang yang ada di dalam celengan tersebut akan Key gunakan untuk bertemu sang idola. Tangan Key terulur meraih celengan tabung dengan tulisan Kim Jonghyun dibagian luarnya. Celengannya semakin berat, sepertinya uangnya sudah cukup ditambah Key juga memiliki tabungan di bank. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja. “Mungkin 2021 mereka akan mengadakan konser” gumam Key. Wajah Key terlihat sangat bahagia lengkap dengan senyum yang terpatri di wajah cantiknya. Key mulai membayangkan dirinya berdiri di tengah kerumunan orang sambil berteriak tertuju ke 5 lelaki yang sedang membawakan sebuah lagu di depan sana. “Ah, aku bisa gila karena ini” ucap Key menyadarkan dirinya sendiri dari khayalan yang ia buat. Key meletakkan celengan yang sedari tadi ia genggam ke tempat semula. Mendudukkan diri di kursi meja belajar kemudian mulai menyibukkan diri dengan tugas-tugas yang harus ia kumpulkan besok saat masuk sekolah.
Key mengambil makanan secukupnya kemudian memakannya lahap berteman dengan sunyi. Orang tuanya belum pulang, Key dapat memaklumi itu. Orang tuanya juga pulang selarut itu bukan tanpa alasan, mereka berkerja untuk memenuhi kebutuhan hidup Key. Setelah makan Key melangkahkan kakinya menuju kamar kemudian menutup pintu rapat-rapat, tanda tak ingin diganggu. Jika sudah seperti ini, Key biasanya akan membuka laptop. Tangannya bergerak lincah di atas keyboard laptop, mengetikkan sesuatu pada kolom pencarian youtube. Dipilihnya salah satu video yang berisi tingkah acak Kim Jonghyun. Hal itu selalu Key lakukan demi menghilangkan kesedihannya. Laki-laki itu selalu berhasil mengembalikan tawanya.
Tangan Key bergerak membuka aplikasi berwarna biru dengan ikon burung. Matanya terbelalak tak percaya melihat trending topik hari ini, RIP Jonghyun. Mulutnya menganga lebar, tak percaya. Tangannya menggulir layar ponsel perlahan sambil terus mengedipkan matanya, tak percaya. Matanya mulai memanas. Siapa pun tolong sadarkan Key bahwa ini hanya mimpi. Ini pasti hanya mimpi. Lelaki yang saat ini menjadi perbincangan itu pasti bukan Jonghyun. Sayangnya yang terjadi saat ini bukanlah mimpi, itu nyata. Jonghyun benar-benar meninggalkan Key untuk selamanya. Meninggalkan keluarga, sahabat, penggemar, karir, dan lainnya yang bersifat duniawi untuk selamanya. Lelaki yang beberapa saat yang lalu berhasil mengembalikan tawa Key itu dikabarkan meninggal karena bunuh diri di apartemen miliknya.
Pikiran Key kacau, air mata terus berjatuhan dari pelupuk mata Key. Tak lama hujan mulai turun dengan deras bersamaan dengan air mata Key yang juga semakin deras. Semesta sepertinya tahu bahwa perasaan gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Hatinya hancur bersamaan dengan rintik hujan yang jatuh melebur tanah. Bibirnya tak henti menyumpahi semesta karena telah mengambil salah satu penyemangat hidupnya. Percuma, itu tak akan membuat Jonghyun kembali ke dunia. Yang Key lakukan saat ini hanya menangis.
Key mengusap air matanya yang turun sedari tadi. Ingatan 3 tahun yang lalu itu terputar dengan sangat jelas dan detail, seakan tak ingin melewatkan bahkan 1 detik pun yang nantinya akan selalu Key ingat meskipun menyesakkan. Kakinya melangkah ke arah jendela kamar, hujan sudah mulai reda di luar sana. Bau menenangkan yang khas itu kembali menyapa indra penciuman Key. Kepalanya mendongak mentap langit. Awan hitam yang tadi menyelimuti kini menghilang berganti dengan awan putih bersih bak kapas. Key mengulas senyum, seakan sedang tersenyum ke seseorang. Tentu saja senyuman itu ditujukan kepada Jonghyun.