06/09/23

My Piece of Story

 

MY PIECE OF STORY

Oleh: Tharisza Noer Arifin

 


"Astagfirullah, Syasha... sudah jam berapa ini kamu masih tidur juga!"

"Aduhh Ibu… aku masih ngantuk banget" jawab seorang gadis dari balik selimut tebalnya.

Gadis itu bernama Syasha. Dia dikenal sebagai gadis yang ceria dan pandai. Sering memenangkan lomba-lomba, dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Parasnya cukup cantik, penampilannya juga anggun. Sikapnya ramah dan sopan. Makanya Syasha memiliki banyak teman.

"Memang kamu tidak sekolah Sya?"

"Memangnya jam berapa sih Bu?" kata Syasha.

"Sekarang jam 06.20 Sya" jawab ibunya.

"Apa?!” kata Syasha panik.

"Siapa suruh Syasha bangun terlambat?”

Syasha bergegas mandi dan bersiap pergi ke sekolah.

"Ibu, aku berangkat dulu ya!"

"Tidak sarapan Sya?" tanya ibu yang sedang merapikan meja makan.

"Tidak Bu, sudah hampir terlambat nich"

"Ya sudah, hati-hati ya Sya" pesan ibunya.

"Iya Bu" jawab Syasha.

"Eh neng Syasha. Kok tumben telat Neng? biasanya datang pagi?" sapa penjaga sekolah. 

"Iya, Pak”  

Syasha segera bergegas menaiki tangga untuk menuju ke kelasnya di lantai dua. Namun Syasha merasakan sedikit aneh. Lorong tangga itu tidak seramai biasanya.

“Ada apa ya, kok tidak seperti biasanya?” gumam Syasha.

“Bruk!” tak sengaja Syasha menabrak seorang anak perempuan.

"Eh kamu, sakit ya?" ucap Syasha sembari meminta maaf.

"Tidak, aku tidak apa-apa kok" suara sayup orang yang ditabraknya tadi sembari pergi meninggalkan Syasha yang masih termangu.

"Kok pergi begitu saja, dan cepat banget hilangnya” Syasha semakin kebingungan. Sekian detik tadi Syasha seperti berada dalam alam mimpinya. Begitu sadar, Syasha segera berlari menuju ke kelasnya.

"Assalamu 'alaikum" ucap Syasha di depan pintu kelasnya.

"Syasha, kok tumben jam segini baru datang?” kata teman satu bangkunya.

“Iya nich, tadi aku telat bangun" jawab Syasha apa adanya.

Tidak seperti biasanya pula, kali ini Syasha tidak bisa konsentrasi mengikuti pelajaran. Pikirannya masih tertuju kepada kejadian tabrakannya dengan seorang anak perempuan di tangga tadi pagi. Namun Syasha tidak menceritakannya kepada Dita.

"Sya, saya perhatikan kamu hari ini kok banyak melamun sich? Ada yang mengganggu pikiranmu ya?”

"Tidak ada apa-apa kok Dit" jawab Syasha mengambang.

Setelah bel istirahat berbunyi, Syasha dan Dita pergi ke kantin depan dekat gerbang sekolahnya.  Handrey, sahabatnya ikut juga.

Dalam perjalanan menuju ke kantin itu, tiba-tiba Syasha berkata dengan gugup.

"Tunggu Dit!"

"Ada apa Sya?" Tanya Dita heran.

"Lihat itu! Ada yang mau lompat!” wajah Syasha terlihat begitu khawatir.

"Apaan sich? Tidak ada siapa-siapa” kata Handrey sambil memandang ke arah yang ditunjuk Syasha.

"Iyaa Syaa, tak ada siapa-siapa di sana" kata Dita meyakinkan.

"Itu lo! Ada orang mau melompat ke bawah” ucap Syasha sambil menunjuk-nunjuk, wajahnya menjadi tegang.

Dita dan Handrey juga menjadi semakin kebingungan.

"Astagfirullah Sya…, tak ada orang di sana” Handrey mendekat ke tempat yang ditunjuk Syasha untuk meyakinkannya. Dan Syasha memang tidak melihat lagi sosok yang tadi dilihatnya mau melompat ke bawah.

"Sudahlah tak usah berdebat lagi. Paling kamu lapar karena tadi tak sempat sarapan. Makanya kamu mengigau” hibur Dita.

Sepulang sekolah dan setelah beristirahat, Syasha dimintai tolong ibunya untuk membelikan gula di toko yang berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya. Kebetulan toko itu melewati rumah Handrey. Syasha melihat kakek Handrey sedang berdiri di depan pintu.

“Kek, kakek kok tidak masuk Kek?” Tanya Syasha pada kakek Handrey.

“Iya Nak, kakek menunggu Handrey pulang. Pintunya dikunci oleh Handrey” jawab si kakek.

“Jahat bener si Handrey. Tega-teganya dia membiarkan kakeknya menunggu. Awas besok kalau ketemu, pasti aku jitak kepalanya” gumam Syasha.

“Ya sudah Kek kalau begitu, saya mau ke toko dulu”

“Iya, Nak” jawab si kakek sambil memandangi Syasha.

Hari berikutnya, ketika menaiki tangga menuju ke kelasnya, Syasha kembali bertemu dengan anak perempuan sebayanya yang ditabraknya tanpa sengaja kemarin. Dia berdiri mematung di dekat tangga. Kali ini Syasha ingin menyapa dan mengajaknya ngobrol. Namun begitu Syasha menoleh, anak itu sudah tidak ada di tempatnya semula. Syasha mencoba mencarinya tapi tak juga dia temukan. Sosok itu seperti hilang bersama angin.

"Hei Sya, kamu kenapa kok malah bengong di sini?” kehadiran Dita menyadarkannya.

“Yuk” Dita menggandeng tangan Syasha menuju ke kelasnya.

Begitu sampai di kelasnya, yang Syasha temui pertama adalah Handrey.

“Eh, kamu kok tega-teganya sich membiarkan kakek kamu menunggu di luar rumah sendirian?” kata Syasha pada Handrey dengan lagak galak.

“Apa Sya maksudmu?” Tanya Handrey bingung.

“Jangan sok tak tahu kamu Drey. Kemarin aku lihat kakekmu berdiri sendirian di depan pintu hanya untuk menunggu kepulanganmu” kata Syasha yakin.

“Aduh Sya, apa-apaan sich kamu ini?” Handrey semakin kebingungan. “Kamu juga tahu khan kalau kakek saya itu sudah meninggal dua minggu lalu gara-gara serangan jantung?”

Dengan keterangan Handrey ini akhirnya Syasha kalah argumen. Memang faktanya kakek Handrey sudah meninggal. Tapi Syasha juga yakin bahwa yang dilihat dan disapanya kemarin memang kakeknya Handrey. Termasuk anak yang dibraknya tanpa sengaja di tangga, atau orang yang mau melompat dari lanti dua sekolahnya.

Akhirnya Syasha mulai mengerti bahwa dia memiliki kemampuan melihat sosok-sosok astral tak kasat mata yang tidak bisa dilihat orang lain. Orang tuanya pernah membawanya ke orang pintar untuk menutup sisi indigonya tersebut. Namun orang pintar itu mengatakan bahwa tabir indigo itu akan terbuka lagi ketika usia Syasha menginjak remaja. Dan kini Syasha mulai bisa beradaptasi dengan kemampuan istimewanya tersebut.

Arti Lafal Surat Al Baqarah ayat 254

  SURAT AL BAQARAH AYAT 254   يٰٓاَيُّهَا   wahai فِيْهِ di dalamnya الَّذِيْنَ ...